Rabu, 24 September 2008

Muhammad Saw sebagai orang yang jujur

MUHAMMAD SAW SEBAGAI ORANG YANG JUJUR

Muhammad SAW adalah orang yang paling jujur dalam percakapannya. Ungkapannya selalu benar, jujur dan adil. Beliau tidak pernah mengenal dusta dan bohong di dalam kehidupannya, baik beliau dalam keadaan serius ataupun santai. Bahkan beliau mengharamkan bohong dan dusta serta mencela orang yang melakukannya dan melarang melakukan yang demikian. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya sikap jujur pasti membawa kepada kebajikan. Dan kebajikan akan membawa ke dalam surga.

Seseorang senantiasa akan bersikap jujur dan berusaha untuk melakukannya sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Baginda juga memberitahukan bahwa seorang mukmin akan bakhil dan terkadang dapat bersikap pengecut, akan tetapi ia tidak akan penah berdusta dan berbohong selama-lamanya. Baginda juga melarang berbohong di dalam keadaan bersenda gurau karena bertujuan supaya masyarakat luas tertawa.

Baginda menjalani hidupnya, sementara sikap kejujuran menjadi temannya. Sebagai bukti kejujurannya adalah bahwa beliau telah memberitahukan tentang pengetahuan ghaib dari Allah SWT. Allah juga telah mengamanahkan risalah yang suci kepadanya. Lalu baginda menjalankan amanah tersebut kepada umatnya secara sempurna. Beliau tidak pernah mengurangi dan tidak pernah menambahkan walaupun hanya satu huruf. Baginda juga telah menyampaikan amanah Tuhannya dengan baik. Maka seluruh perkataannya, perbuatannya dan keadaannya adalah berdasarkan kepada kejujuran. Beliau adalah orang yang jujur di dalam keadaan perdamaian, peperangan, senang, marah, serius, senda gurau, keterangannya, dan di dalam keputusan hukumnya.

Baginda juga jujur dengan sahabat karib dan orang yang tidak memiliki hubungan pertalian sahabat karib. Baginda juga bersikap jujur dengan kawan dan musuh, lelaki dan perempuan. Rasulullah SAW juga bersikap jujur dengan dirinya sendiri dan juga bersama orang lain. Baginda jujur ketika berada di dalam perjalanan dan dalam keadaan tidak mengadakan perjalanan. Beliau jujur di dalam keadaan bermukim dan di tempat tinggalnya. Beliau jujur di dalam keadaan perang dan damai. Beliau jujur dalam melakukan jual beli. Beliau jujur dalam transaksi, perjanjian dan ikatan persaudaraan. Beliau jujur di dalam khotbahnya dan di dalam tulisan-tulisan suratnya. Beliau jujur di dalam fatwanya, ceritanya, perkataannya, penukilannya, riwayatnya dan penyampaiannya. Bahkan Rasulullah SAW adalah maksum (orang yang dipelihara) oleh Allah untuk melakukan dusta. Maka Allah SWT menjadi penjaga dan pelindungnya daripada akhlak yang tercela ini.

Allah telah meluruskan dan membetulkan lisannya dan perkataannya. Allah telah memperbaiki penuturannya dan telah menepatkan percakapannya. Beliau adalah orang yang jujur dan dijujurkan, yang mana tidak pernah mengeluarkan ungkapan bohong walaupun hanya satu huruf. Beliau juga tidak pernah melafalkan satu kalimat yang bohong sama sekali. Lahir dan batinnya tidak pernah bertentangan. Bahkan baginda adalah orang yang jujur di dalam gerakannya, penuturannya dan isyarat kedua matanya.

Ensiklopedia Islam - Kisah Para Nabi
http://kaunee.com/index.php?option=com_content&view=article&id=229:muhammad-saw-sebagai-orang-yang-jujur&catid=107:kisah-para-nabi&Itemid=84

Sabtu, 20 September 2008

BERSIKAP JUJUR DAN LEMBUT KEPADA ANAK

BERSIKAP JUJUR DAN LEMBUT KEPADA ANAK

Seringkali, orang tua merasa bahwa sikap jujur hanya kewajiban anak. Ketika anak menumpahkan susu coklat di karpet, karena takut, ia mungkin akan berkata, "Bukan saya, Mama!" Lalu, orangtua akan marah dan membentak, "Jangan bohong!" Tapi, tanpa sadar, orangtua pun sering membohongi anak. Bila kita lelah saat si Putri mengajak bermain ke taman, orangtua dengan enteng, "Besok, ya sayang!" Tapi, esok hari, apa yang terjadi? Seringkali orangtua melupakan janji itu begitu saja.
Bohong adalah salah satu akibat dari sikap pemarah orang tua. Namun, bisa jadi pula, anak suka berbohong karena menirukan orangtuanya yang juga sering tidak jujur terhadapnya. Karena itu, dalam artikel ini kami akan membahas mengenai dua sifat yang harus dipegang teguh oleh orang tua, yaitu jujur dan lembut.

Sikap Jujur
Abdul Hamid Jasim Al-Bilali dalm bukunya "Seni Mendidik Anak" menyebutkan, "Penyebab kenakalan anak (termasuk di antaranya berbohong) adalah karena contoh yang buruk. Menurut Al-Bilali, "Seorang anak tentu tidak mudah menerima anjuran kebaikan dari orangtuanya jika ternyata perbuatan orang tua mereka sendiri bertolak belakang dari apa yang diperintahkan. Anak disuruh berkata jujur, tetapi mereka sendiri sering berdusta dan jika berjanji tidak ditepati."
Allah berfirman dalam surat Ash-Shaf, "Sungguh besar dosanya di sisi Allah bahwa kalian berbicara apa yang tidak kalian lakukan."
Ada kalanya, orang tua memang tidak marah menghadapi "kenakalan" anaknya, tapi, malah menggunakan kebohongan. Hal ini sama-sama berdampak buruk. Sering kita dengar orangtua melarang anaknya ribut dengan berbohong, "Heh, jangan ribut, nanti ditangkap hantu lho!" Hal ini malah akan membuat anak menjadi penakut dan sekaligus mengajarinya berbohong. Bila anak ribut, sebaiknya Anda mengalihkan perhatiannya dengan mengajak menggambar atau membacakannya dongeng.

Sikap Lembut

Sikap lembut terkadang amat sulit dipertahankan oleh orangtua. Anak kecil umumnya melakukan perbuatan-perbuatan yang dalam pandangan orang dewasa adalah "nakal". Namun, ada poin penting yang harus dipahami oleh orang tua, yaitu sesungguhnya, anak kecil tidak pernah bermaksud untuk berbuat nakal. Dia bahkan tidak memahami konsep nakal itu sendiri. Apapun yang dia lakukan adalah sesuai dengan kemampuan nalarnya pada saat itu. Bila ia menumpahkan susu di karpet, itu bukanlah kesengajaan karena ingin membuat Anda repot mencuci karpet, melainkan karena koordinasi tangannya yang belum stabil.
Bila ia merusakkan mainannya, itu lebih karena keinginatahuannya. Bila ia bermain-main dengan pot kesayangan Anda dan akhirnya pecah, itu bukanlah karena sengaja ingin membuat Anda marah. Bagi anak kecil bermain adalah proses belajar. Ia akan belajar memahami bahwa barang kaca akan pecah bila dibanting.
Rasulullah SAW bersabda; "Hobi, permainan dan kelincahan gerak seorang anak pada waktu kecil, akan mempertajam pemikirannya ketika dewasa." (HR At-Tirmidzi).
Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya 'Ulumuddin juz V bab Mengobati Penyakit Hati, "Hendaknya anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasannya, dan membuatnya jemu terhadap hidup, sehingga ia akan sering mencari alasan untuk membebaskan diri dari keadaan sumpek itu."
Menurut Ma'ruf Zurayk, guru besar pendidikan dan Psikologi Univ.Darul Mu'minin Damaskus, pendidikan anak yang dilakukan dengan bentuk yang keras dan kaku mengkaibatkan perasaan tertekan, hancurnya kepribadian, dan tidak adanya kesempatan untuk mengungkapkan kepribadian anak. Inilah hal-hal yang menyebabkan anak menggunakan kebohongan sebagai sarana, yang dengan jalan itu, ia memperoleh tempat yang dianggap baik dan dikagumi bagi kedua orangtuanya. Menurut Zurayk, terkadang anak juga berbohong karena takut hukuman yang dijatuhkan kepadanya atau hanya karena sekedar kesenangan yang timbul dari sikap menentang terhadap kekuasaan yang keras orang tuanya.
Matthew McKay PhD telah menghabiskan waktu dua tahun untuk meneliti perilaku marah orang tua dan efeknya terhadap anak-anak. Dia menemukan bahwa 2/3 orangtua (dari285 orang tua yang diteliti) mengungkapkan rasa marah kepada anak dengan berteriak dan membentak rata-rata 5 kali seminggu. Artinya, hampir setiap hari anak-anak menerima bentakan dari orangtuanya. Menurut McKay, "Bila Anda membentak anak hampir setiap hari, anak akan terluka hatinya. Bila hanya sekali seminggu atau sekali sebulan, anak tidak akan merasakan adanya serangan psikis terhadap dirinya."
Daripada Anda menghabiskan energi untuk marah dan akan berdampak negatif pada psikologis Anak, lebih baik Anda melakukan perbuatan preventif, misalnya, jangan meletakkan barang pecah belah di tempat yang terjangkau oleh anak. Atau, selagi anak masih kecil, Anda tidak perlu memasang karpet atau permadani mahal di lantai yang memerlukan tenaga ekstra untuk membersihkannya.
Sebaiknya pula, orangtua menghindari kata-kata yang bersifat larangan. Pertama, karena akan membuat anak sulit menentukan alternatif tindakan. Misalnya, ketika ia berteriak-teriak, kita akan mmbentak, "Sst diam, jangan teriak!" Lalu, dia akan melakukan kegiatan lain, seperti memukul meja. Bila kembali kita larang, anak akan bingung, "Apa yang harus aku lakukan? Ini jangan, itu jangan."
Kedua, larangan (apalagi yang disertai bentakan dan marah) akan membuat anak kehilangan kreativitasnya. Adalah naïf bila orang tua melarang anak merusak mainannya yang hanya berharga sepuluh ribu perak tapi menebusnya dengan kematian kreativitas yang merupakan bekal utama anak untuk hidup di masa depan.
Tulisan ini akan kami akhiri dengan hadis Rasulullah, "Masing-masing kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." Ayah dan ibu adalah pemimpin anak-anak mereka dan kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah mereka lakukan terhadap anak-anak mereka. Karena itu, bersikap jujur dan lembutlah kepada anak!
Last Updated ( Monday, 07 January 2008 )
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=44&Itemid=28

MENGAPA HARUS JUJUR ?

MENGAPA HARUS JUJUR
Reza Iskandar Achmad - 03/01/2008 in : Kehidupan , trackback

Jujur, adalah sikap pribadi. Jujur diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu. Jujur adalah energi positif. Menyatakan sesuatu dengan langsung, spontan, lugas, apa adanya akan menghemat waktu dan energi. Terjadilah efisiensi. Itulah yang dikatakan oleh Sawitri Supardi Sadarjoen (SSS), seorang psikolog.

SSS menambahkan, alasan kenapa perlu jujur adalah terhindar dari masalah-masalah:

1. kemungkinan terjadi kesalahpahaman
2. kemungkinan menghindar secara emosional
3. kemungkinan menyakiti perasaan orang lain yang sebenarnya tidak perlu kita lakukan
4. kemungkinan membuang-buang waktu dan energi mental dengan percuma

Setiap manusia pasti pernah merasakan atau terlibat dengan hal yang berkaitan dengan kejujuran ini. Pernah merasa dibohongi, pernah menemukan kejujuran, bahkan mungkin pernah melakukan kebohongan atau berlaku jujur. Dari semua pengalaman yang mungkin itu, setiap manusia tentu tahu bagaimana rasanya. Rasa ketika tahu dibohongi, rasa ketika menemukan sebuah kejujuran. Berbagai rasa, sulit untuk diungkapkan, tapi jujurlah.. apa yang menjadi pilihan ? jujur atau tidak jujur ?

Hal-hal yang dihindari seperti apa yang dikatakan SSS pada dasarnya menyangkut dua hal, yaitu rasa dan logika. Tiga poin diantaranya adalah persoalan rasa. Tiga dari Empat memiliki arti sebagian besar. Jadi, kejujuran memiliki kaitan sangat erat dengan perasaan.

Menyoal perasaan, kebahagiaan adalah tujuan dari semua manusia. Bahagia dan senang biasanya mengikuti kejujuran, meskipun mungkin didahului dengan rasa marah atau kesal . Jadi jujur kepada teman, pasangan atau calon pasangan hidup, atau orang-orang sekitar adalah pilihan bijaksana.

Untuk berlaku jujur, itu tidak mudah. Ada rasa malu, takut, marah atau gengsi. Tapi, energi besar yang diperlukan untuk jujur hanya sesaat. Setelah itu, energi besar lainnya akan segera didapat. Apa itu ? pemahaman, pengertian, penghargaan, penghormatan, kasih sayang dan cinta. Semua energi besar itu akan semakin kuat dan sejati dengan suntikan kejujuran.

Mulai sekarang, tidak ada salahnya mengakui dan niatkan untuk jujur..

- shiro-

http://blog.chipset.or.id/2008/01/03/mengapa-harus-jujur/

Minggu, 14 September 2008

Orang Jujur, InsyaAllah Mujur

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah, sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. (QS 61: 7)
Banyak orang terjebak ke dalam pola hidup yang diwarnai oleh berbagai kedustaan atau kebohongan. Mereka menganggap bahwa kejujuran membawa mereka kepada kehancuran. Kebohongan merajalela dan kejujuran menjadi barang langka. Pada saat seperti inilah, ketika jujur menjadi barang langka umat Islam mestinya kembali menyemaikan jujur di dalam diri mereka masing-masing, sehingga mereka memiliki keunggulan kompetitif dibanding orang lain. Keunggulan kompetitif yang berupa sifat jujur akan menjadi daya tarik tersendiri di dalam berdakwah.
Seorang penjual bensin eceran tertegun, terpesona terhadap pembelinya ketika pembeli mengembalikan kelebihan uang kembalian. Mestinya dia cukup memberikan uang kembalian Rp 10.000,- tetapi karena mengira uang yang diberikan kepadanya lima puluh ribuan maka dia memberikan uang kembalian Rp 40.000,- untuk dua liter bensin. Tetapi karena kejujurannya pemuda tadi spontan mengembalikan kelebihannya yang Rp 30.000,-. Dari wajah penjual bensin tercermin kekaguman dan rasa terima kasih yang dalam. Semua orang suka berurusan dengan orang jujur. Semua orang merasa aman berhadapan dengan orang jujur. Semua orang lebih suka mempercayakan amanat kepada orang jujur. Secara fitri tidak ada orang yang suka dibohongi. Tidak ada orang yang suka memberikan kepercayaan kepada orang yang suka bohong. Semua orang khawatir berurusan dengan orang bohong. Maka mengapa banyak orang bohong dan sedikit sekali orang yang jujur?
Rasulullah saw berpesan bahwa wajib atas kamu jujur, karena jujur membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke sorga. Sudah tiba saatnya, sekarang untuk kembali menumbuhkan sifat-sifat mulia yang ditanamkan Allah di dalam hati manusia, termasuk jujur. Orang yang jujur akan dicintai teman dan disegani lawan. Orang yang jujur akan dipercaya atasan dan dihormati bawahan. Hanya orang jujurlah yang dapat memegang amanat dengan baik. Karena kejujurannya dia akan menunaikan amanat sebaik-baiknya. Dia tidak akan berkhianat, karena khianat sama dengan tidak jujur kepada diri sendiri, pemberi amanat, dan Tuhan. Berbekal jujur, orang akan lebih mudah untuk menumbuhkan sifat-sifat mulia yang lain. Maka hampir dapat dipastikan bahwa terminal akhir bagi orang yang jujur adalah keberhasilan. Orang yang hidupnya dihiasi dengan kejujuran karena Allah, maka Allah akan menunjuki dan membimbingnya menuju sorga.
Memang orang yang jujur akan menghadapi resiko berupa cacian, kebencian, fitnah dan permusuhan dari orang di sekitarnya. Tapi yakinlah orang yang membenci orang yang jujur itu berarti orang yang buruk akhlaknya. Asal dia terus konsisten dan konsekuen dengan kejujurannya sudah pasti Allah swt akan mendatangkan kemenangan baginya. Yang perlu dijaga adalah jangan sampai kita bergeser sedikitpun dari sifat jujur ini, karena sifat ini yang akan mendatangkan kemujuran, bukan kehancuran.
Mari kita mulai menumbuhkan jujur ini dari diri kita sendiri, bersikap jujur kepada diri kita sendiri. Kalau kita sudah berikrar sebagai orang Islam mari kita jujur kepada keislaman yang sudah kita yakini di dalam hati. Kita tunaikan kewajiban kita sebagai orang Islam sebaik-baiknya dan minta hak kita di hadapan Allah nanti. Jujur saja, sebagai orang Islam kita tidak suka dibohongi, maka mari kita tidak berbohong kepada siapapun. Jujur saja, sebagai juragan kita tidak suka melihat pegawai kita malas, maka mari kita tidak malas dalam situasi dan kondisi apapun. Jujur saja, kita tidak suka melihat orang menggunjing, maka mari kita tidak menggunjing.
Lalu kita kembangkan untuk jujur kepada Allah. Kalau Allah memerintahkan kita untuk menegakkan shalat, maka mari kita tegakkan shalat dalam situasi dan kondisi apapun. Kita tegakkan shalat ketika kita kuliah. Kita tegakkan shalat ketika kita bekerja. Kita tegakkan shalat ketika kita berdagang. Kita hiasi seluruh aktivitas kita dengan shalat kita. Kita hadirkan Allah yang kita sembah dalam shalat kita dalam seluruh desah nafas kita. Di sisi lain kalau Allah tidak suka melihat kita berbuat bid'ah, maka mari kita fahami apa yang namanya bid'ah itu, lalu kita hindari bid'ah dalam ibadah termasuk dalam shalat selama-lamanya. Jujur kita kepada Allah akan mengundang kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Berikutnya jujur kepada keluarga, jujur kepada karib kerabat, teman dan sahabat dan jujur kepada semua orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Kepada orang kafirpun sudah selayaknya kalau kita berlaku jujur. Alangkah indahnya bila bangsa ini dapat melakukan pertaubatan nasional untuk berhenti dari kebohongan dan memasyarakatkan kejujuran. Politikus bohong, bertaubat. Birokrat bohong bertaubat. Anggota Dewan bohong bertaubat. Ekonom bohong bertaubat. Koruptor, manipulator, semua yang kotor-kotor bertaubat. Karena taubat, lalu memilih jujur dari pada bohong, maka hati mereka menjadi bersih. Atas nama jujur karena Allah mereka berhenti dari bohong, berhenti dari malas, dan segala perilaku yang kontra produktif. Maka efisiensi di segala lini akan meningkat. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat bangsa ini insya Allah akan meraih kemajuan dengan pesat. Nunggu apalagi? Mari segera mulai, mulai sekarang dan mulai dari diri kita sendiri. Kita serukan kepada semua orang bahwa ORANG JUJUR INSYA ALLAH AKAN MUJUR

Jumat, 12 September 2008

Buah Kejujuran

BUAH KEJUJURAN

Hudzaifah.org - Pada suatu malam (menjelang dini hari), khalifah Umar bin Khattab r.a. disertai pengawalnya melakukan inspeksi ke pinggiran kota. Beliau mendengar percakapan dua orang wanita, ibu dan anak gadisnya.

Ibu : ”Campur saja susunya dengan air (agar kelihatan banyak peny.)”

Anak : ”Bagaimana saya harus melakukannya sedang amirul mukminin (khalifah Umar) telah mengeluarkan pernyataan yang melarangnya?”

Ibu : ”Khalifah Umar toh tidak mengetahuinya.”

Anak : ”Kalau khalifah Umar tidak mengetahuinya, maka pasti Allah mengetahuinya.”

Percakapan antara keduanya berkesan sekali di hati Umar r.a. Keesokan harinya ia menyuruh pengawalnya menyelidiki kedua wanita itu. Setelah diketahui bahwa putri itu seorang gadis, lalu, Umar memanggil putranya, ’Aashim dan menawarkan gadis itu untuk dinikahinya, dan disuruhnya putranya itu untuk melihat langsung paras wajahnya, seraya berpesan kepadanya, ”Pergilah wahai anakku. Lihatlah gadis itu, nikahilah dia, dan aku berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mampu memimpin bangsa Arab.”

Pernikahan pun berlangsung, dan dari mereka lahir seorang perempuan yang dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan. Kemudian dari pernikahan itu lahirlah Umar bin Abdul Aziz, khalifah kelima yang sangat adil.

Tepat sekali ramalan Khalifah Umar bin Khattab r.a. Sifat amanat dan kejujuran menjadi penghubung antara Khalifah Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. []



Sumber : Buku ”Hikmah dalam Humor, Kisah dan Pepatah Jilid 1-6”, A. Azim Salim Basyarahil”