Sabtu, 11 Oktober 2008

AKIBAT MEMPERTUHANKAN HANTU

Akibat Mempertuhankan Hantu
Oleh: Drs. H. Syafri Nadi, LIL.
Imam Muslim dalam sahihnya melaporkan, bahwa Utsman bin Abi Syaibah dan Ishak bin Ibrahim telah mewartakan kepada kami. Ishak berkata, telah mengabarkan kepada kami dan Utsman mengatakan, mewartakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Salim bin Abi Al-Ja’ad dari bapaknya dari Abullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak seorang pun di antara kalian melainkan sudah didelegasikan (tawkil) atasnya teman permanen (qarin) dari golongan jin.” Mereka (para sahabat) serentak bertanya: “Anda sendiri bagaimana ya Rasulullah”, Beliau menjawab: “Akan halku sendiri terkecuali, karena Allah telah menolongku untuk menghadapinya, maka aku telah selamat, karena ia tidak menyuruhku, melainkan untuk kebaikan. ”) Dan dalam hadits versi Sufyan: “ Sungguh telah diwakilkan kepadanya satu qarin dari kalangan Jin dan satu qarin lagi dari Malaikat. ”
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa dalam hidup ini memang tidak seorangpun di antara kita yang bebas dari teman yang memuji/memberikan kebaikan dan musuh yang mencela/mencelakakan, baik dari kalangan jin maupun dari golongan manusia. Pada hal hikmahnya jin dan manusia dicipta¬kan Allah agar mereka mentauhidkan, menyem¬bah dan bertakwa kepada-Nya, kapan dan dimana saja. Namun di antara manusia dan jin itu banyak yang berprilaku buruk kepada sesama, sehingga kalau orang lain senang, ia susah. Sebaliknya kalau orang lain mendapat kebaikan, ia merasa tidak enak. Dengan kata lain ia senantiasa berprilaku hasad dan bermusuhan.
Iblis dan setan adalah musuh buyutan manusia sejak manusia pertama (Adam dan keluarganya) yaitu ketika di surga dan di bumi ini. Kita sebagai anak cucunya tidak lepas dari tipu daya agar kita terjerumus ke jalan hidup yang sesat dan dimurkai Allah dan menyim¬pang dari jalan lurus. Tapi orang mukmin sejati ditemani Malaikat.
Menurut Qadhi ‘Iyad, ummat Islam telah konsensus (ijmak) atas terpelihara (ma’shum) nya Nabi SAW. dari setan di dalam tubuh, dalam hati dan di dalam lidahnya. Dan hadits ini meng¬isyaratkan agar orang berhati-hati terhadap bahaya fitnah, waswas dan tipudaya teman jahat (qarin), maka ia mengajarkan kepada kita bahwa ia selalu bersama kita, agar kita terpelihara dari padanya sesusai kemampuan.
Dalam hubungan ini Allah telah memperi¬ngat¬kan, “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az-Zukhruf /36) Berpaling dari mengingat Allah ialah ia tidak takut satwah (larangan) dan tidak takut pada hukuman-Nya. Teman jahat yang selalu menyertai itu disebut setan yang selalu menggoda dan menyesatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa qarin adalah setan yang berasal dari jin. Sementara hakekat jin itu adalah makhluk halus yang sebagiannya beriman kepada Nabi Muham¬mad SAW. seperti tertera dalam surat Jin ayat 1 yang artinya, “Katakanlah (hai Muham¬mad) bahwa sekelompok jin telah mendengar¬kan (bacaan Al-Qur`an), lantaran mereka berkata, Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur`an itu sangat menarik, maka berimanIah kami kepadanya dan kami tidak memperse¬kutukan Tuhan kami dengan suatu apapun”. Sebagian mereka, seperti halnya dengan manusia, banyak yang kafir. Di dalam surat aI-Hijir ayat 26-27, tersebut, “Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah kering (yang berasal) dan lumpur hitam yang diberi bentuk (26). Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (27). “Dan ketika Kami berfirman kepada malaikat, “Sujudlah/hormatlah kalian kepada Adam, maka hormatlah mereka (kepada Adam) kecuali iblis, dia adalah dari (golongan) jin yang fasik dari perintah Tuhannya”. Maka bukanlah iblis ayah jin, tetapi sebaliknya bahwa jin itulah ayah iblis; atau yang jelas; iblis itu dari (golongan) jin. Dari itu kita diperintah Allah agar mengadu serta berlindung kepada-Nya dari bisikan-bisikan setan Khannas baik dari golongan jin maupun dari jenis manusia.
Kendatipun jin itu makhluk halus, namun ia dapat menjelma dengan membentuk tubuhnya dalam berbagai rupa yang seram dan menakutkan. Dari sinilah timbulnya apa yang disebut hantu. Istilah ‘Hantu’ tidak terdapat dalam Al-Qur`an dan Hadits, namun hakekat hantu disebutkan dengan menggunakan istilah jin, setan atau qarin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan: Hantu ialah roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu); Misalnya ungkapan, (a) rupanya seperti hantu (rupanya sangat buruk); (b) disapa hantu, demam sepulang berjalan-jalan (sesudah mandi di sungai) atau sesudah bermain-main di panas matahari; (c) Hantu angin, hantu yg dapat menenggelamkan kapal; (d) Hantu hunian, orang halus yg tinggal di hutan, siluman; (e) Hantu kangkung ngeang- ngeang, hantu yg berasal dari nyawa anak yang mati di perut ibunya ketika hendak lahir; (f) Hantu pocong atau hantu bungkus, hantu yang menyerupai mayat terbungkus kain kafan; (g) Hantu tuyul, hantu peliharaan untuk disuruh mencuri uang pada malam hari; (h) meng¬hantui menimbulkan rasa takut (resah, gelisah): di daerah yg terpencil;(I) menghantui, menyebabkan takut (khawatir, gelisah, dsb); mempertakuti:
Semuanya itu merupakan ‘misteri’, yaitu sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi teka-teki, masih belum terbuka rahasianya), karena tidak bisa dibuktikan secara empiris seperti apa sebenarnya hantu-hantu itu. Memang, telah menggejala dalam masyarakat kita kepercayaan akan hantu itu sehingga hampir setiap hari media elektronik dan media cetak memberitakan atau mengiklankan berbagai kemampuan supra¬natural berupa santet- pelet (sihir) dan lain sebaginya.
Bahkan betapa banyaknya film-film hantu diproduksi dan betapa banyak buku dan majalah diterbitkan demi menangguk uang dan menyesatkan akidah ummat agar menukar imannya kepada hantu. Para produser tahu betul selera pasar dari sebagian orang-orang Indonesia yang doyan pada cerita-cerita yang tidak diketahui ujung-pangkalnya, tapi hanya berdasarkan bisikan dan khayalan-khayalan setan (takhayul dan churafat yang sengaja dibikin-bikin sebagai barang baru dalam agama (bid’ah). Pada hal Iblis dan setan hanya sebatas membisikan kejahatan, tanpa kekuatan fisik, tapi manusia jualah menuruti kehedaknya. Orang yang bertauhid kuat tidak mampu setan menggodanya, sepeti para nabi dan para yang beriman teguh dan bertauhid kukuh.?

RASULULLAH YANG TAWADHU

RASULULLAH YANG TAWADHU

Rasulullah SAW merupakan orang yang sangat luar biasa dalam sikap ketawadhu’annya. Sikap tawadhu’ baginda adalah sikap tawadhu’ orang yang mengenal akan kehebatan Tuhannya. Orang yang selalu bersifat malu terhadap-Nya, selalu menganggungkannya sesuai dengan kadar Maha Agungnya. Baginda selalu tunduk terhadap perintah dan seruan Allah SWT. Beliau adalah orang yang mengetahui kehinaan pangkat, harta dan kedudukan. Lalu ruhnya berjalan bersama Allah dan jiwanya selalu berhijrah ke negeri akhirat. Oleh sebab itu, baginda tidak pernah merasa kagum dengan apa yang telah disenangi oleh penduduk dunia yang fana ini. Dengan demikian, maka beliau telah benar-benar menjadi seorang hamba bagi Tuhannya. Beliau selalu bersikap tawadhu’ terhadap kaum mukminin. Beliau selalu berpihak kepada orang tua renta. Beliau selalu menjenguk orang yang sakit. Beliau selalu mengasihani orang miskin. Beliau selalu membantu orang-orang yang lemah. Beliau suka bersenda gurau dengan anak-anak. Beliau suka bermain-main dengan keluarganya. Beliau sudi berbincang dengan orang biasa yang terdapat di kalangan umat. Beliau mau berteman dengan rakyat jelata. Beliau bersedia duduk di atas tanah. Tidur di atas pasir, bertilamkan tanah, dan berbantalkan tikar kasar yang terbuat daripada pelapah kurma. Beliau merasa puas dengan ketentuan Tuhannya. Beliau tidak pernah tamak terhadap kemasyhuran, kedudukan, atau jabatan yang menggiurkan atau tujuan-tujuan yang bersifat duniawi. Beliau berbincang dengan kaum wanita dengan penuh kelembutan dan ramah tamah. Beliau bercakap dengan orang asing dengan penuh kasih sayang. Beliau selalu belas kasih terhadap masyarakat umum. Beliau selalu tersenyum terhadap para sahabatnya. Baginda selalu bersabda:
Sebenarnya saya adalah seorang hamba biasa; Saya makan sebagaimana seorang hamba makan dan saya duduk sebagaimana cara seorang hamba duduk.
Manakala seseorang melihatnya gemetar karena karismanya, maka baginda berkata:
Tenangkanlah dirimu, sebab saya adalah anak seorang perempuan biasa yang memakan daging dendeng di Mekkah.
Baginda tidak menyukai puji-pujian dan melarang memberikan kepujian yang berlebihan kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah sekali-kali kalian memuji yang berlebihan kepadaku, sebagaimana kaum Nasrani memuji Nabi Isa putra Maryam. Sebab aku hanya seorang hamba Allah dan utusannya, maka katakanlah; hamba Allah dan rasul-Nya.
Rasulullah SAW melarang orang berdiri karena memberikan penghormatan kepadanya dan juga baginda melarang umatnya menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan. Baginda duduk di mana majlis itu berada. Beliau selalu bergaul dengan umat manusia, sekanakan beliau adalah bagian dari mereka. Baginda juga selalu memenuhi orang yang menjemputnya dan mengundangnya dalam suatu acara.
Rasulullah SAW bersabda:
Jika seandainya aku diajak untuk memakan kaki kambing niscaya aku akan berkenan, dan jika dihadiahkan kepadaku masakan kaki kambing niscaya aku tetap menerimanya.
Beliau sangat menyukai bergaul dengan kaum fakir miskin. Telah diriwayatkan daripada Rasulullah bahwa baginda telah bersabda:
Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan himpunkanlah aku ke dalam golongan orang fakir miskin.
Rasulullah SAW selalu mengharamkan sifat sombong dan congkak dan sangat membenci orang yang bersikap sombong. Baginda bersabda:
Orang-orang yang sombong lagi congkak akan dihalau pada hari kiamat dalam keadaan seperti biji zarrah, yang dikelilingi oleh kehinaan pada setiap tempat.
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits qudsi:
Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-Ku, maka siapa yang mencabut salah satu daripadanya, maka Aku akan menceburkannya ke dalam api neraka.
Baginda sangat dicintai di kalangan hati para umatnya. Pada suatu hari, seorang budak perempuan meminta pertolongan kepadanya, lalu beliau tidak segan-segan untuk memberikan bantuan kepadanya. Beliau selalu menziarahi Ummu Aiman, sementara dia masih berstatus budak. Manakala utusan ‘Amir bin Sha’sha’ah memberikan puji-pujian kepadanya, dan mereka berkata, “Engkau adalah yang terbaik di antara kami, orang yang terhebat di kalangan kami, pemimpin kami dan anak pemimpin kami.”
Lalu baginda berkata kepada mereka, “Wahai umat manusia! Katakanlah dengan perkataan kalian itu sebagiannya saja dan jangan kalian diperdaya oleh syetan.” Rasulullah SAW juga marah manakala seorang lelaki berkata kepadanya, “Ini adalah kehendak Allah dan kehendakmu.” Lalu baginda berkata, “Celaka engkau! Apakah engkau menyamakan Allah denganku? akan tetapi yang lebih tepat adalah ini adalah kehendak Allah saja.”
Beliau selalu membantu keperluan keluarganya. Beliau menjahit sendiri sandal dan menambal pakaiannya. Beliau memerah susu kambing dan bersedia membantu memotong daging bersama isterinya. Beliau mengambil makanan yang akan disuguhkan kepada tamunya. Beliau selalu menyenangkan orang yang mendatanginya dan beliau selalu menanyakan tentang kabar mereka. Beliau rela bergiliran menunggang kendaraan ketika bersama dengan sahabatnya. Beliau memakai kain wol dan memakan gandum, dan seringkali berjalan tanpa selop. Beliau sering tidur di dalam masjid. Beliau mau menunggang keledai dan membonceng tunggangan di atas kendaraan. Beliau selalu memberikan bantuan kepada para orang lemah dan selalu memeriksa keadaan pasukan yang dikirim tanpa komandonya. Beliau selalu berada di barisan akhir mereka untuk mengamatinya, lalu beliau memberikan bantuan orang yang memerlukan serta menemani orang yang sendirian di antara pasukan yang dikirim itu. Maka shalawat dan salam Allah selalu tercurahkan kepadanya selama lisan selalu mengingatnya, selama utusan masih membawa berita dan selama bangsa manusia dan bangsa jin selalu mengulang-ngulangi tentang cerita kehidupannya.

Ensiklopedia Islam - Sirah
http://kaunee.com/index.php?option=com_content&view=article&id=324:rasulullah-yang-tawadhu&catid=111:sirah&Itemid=84