Kamis, 06 November 2008

Mengatasi Sifat Pemalas-Minder

Mengatasi Sifat Pemalas-Minder
07 Oct 2008 | Komentar : 2

Pertanyaan :

Saya memiliki keponakan laki-laki berumur 25 tahun. Lulus dari madrasah aliyah pada 2001 dan menganggur selama dua tahun. Dia sempat kuliah di Surabaya pada 2003, tetapi hanya satu tahun dan tidak diteruskan. Sekarang dia mahasiswa akhir di Universitas Terbuka jurusan pendidikan yang kuliahnya di desa sendiri. Mohon maaf, anaknya malas, penyendiri, pemalu, pendiam, penakut, tidak suka bertemu orang, tidak memiliki semangat kemajuan, dan masih kekanak-kanakan. Saya agak gundah dengan masa depannya. Menurut pengasuh, karir apa yang sekiranya cocok untuknya? Mohon solusi apa yang harus dilakukan? Terima kasih.

Mahar, Surabaya


Jawaban Prof Dr Moedjiarto MSc :

Abraham Maslow, tokoh psikologi industri, mengatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia yang berjenjang adalah kebutuhan bersosialisasi, bergaul, dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Selain itu, manusia adalah makhluk yang memerlukan hidup berkelompok. Hanya, kapasitasnya mungkin berbeda-beda. Bagi yang suka bergaul dengan sesama, pekerjaan yang sesuai untuknya adalah pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan komunikasi dengan orang lain dalam kapasitas tinggi. Misalnya, di bagian pemasaran yang selalu berhubungan dengan relasi, di bagian humas yang selalu berhubungan dengan pihak lain yang memerlukan layanan dari instansi tempat kerjanya. Semua itu memerlukan pergaulan, komunikasi, dan berhubungan dengan orang lain. Sementara itu, bila seseorang tidak suka bergaul, yang cocok adalah bekerja di tempat tertentu yang tidak banyak berhubungan dengan orang lain. Misalnya, di laboratorium yang berhadapan dengan instrumen dan bahan-bahan yang tidak bernyawa. Bagian produksi juga cocok karena yang dihadapi bahan baku dan mesin yang tidak bernyawa seperti manusia. Selain itu, kalau yang bersangkutan suka bergaul dengan binatang peliharaan, misalnya sapi, kambing, atau ayam, dia cocok menjadi peternak atau bekerja di peternakan.

Keponakan Bapak saat ini sudah hampir lulus di Universitas Terbuka. Tinggal selangkah lagi menyelesaikan kuliah. Pekerjaan yang cocok dengan bidang pendidikan adalah menjadi guru. Karena itu, saran saya, yang bersangkutan harus menyiapkan diri untuk menjadi guru yang baik. Belajar bergaul dengan orang lain, belajar berkomunikasi yang efektif, belajar untuk berada di tengah-tengah siswa dengan sukses. Semua itu bisa dipelajari dari buku dan mempraktikkannya.

Kapan dimulainya pelajaran yang berhubungan dengan orang lain itu? Ya sekarang juga. Baik di rumah, di tempat kuliah, maupun di tengah-tengah masyarakat. Banyak orang yang merasa lemah dalam pergaulan, tetapi dengan tekad yang tinggi, mereka berhasil memperbaiki tampilannya.

Jangan malu belajar memperbaiki tampilan. Agar lebih percaya diri dan pergaulan kita bertambah maju, ada baiknya mengikuti kursus etika pergaulan yang diselenggarakan lembaga swasta di kota-kota besar. Para pejabat, para kader bangsa juga banyak belajar tentang etika pergaulan. Kursus itu sangat bermanfaat bagi siapa pun yang berminat untuk meningkatkan mutu tampilan dalam pergaulan. Bila serius untuk memperbaiki tampilan, pergaulan, maupun komunikasi dengan pihak lain, lakukanlah sekarang juga. Jangan menunda hingga esok. (*)
________________________________________
Sumber:
Jawa Pos, 5 Oktober 2008

Komentar Ir. Mei Hendra Darma MM, CHt | 08 Oct 2008 08:04 pm
Membaca pertanyaan mengenai orang yang introvert, pemalu, malas dst sebenarnya yang perlu dicari adalah akar masalah penyebabnya. Banyak faktor yang menyebabkannya dan ini perlu dicari tombol motivasinya sehingga "sub consciousnya" menjadi nyaman untuk menyendiri, susah bergaul, malas dst.

Sesungguhnya manusia diciptakan dalam kesempurnaan dan tidak mengenal ada yang bakat dan tidak berbakat. Semua tergantung pada individunya yg meyakini mind set yang "berkembang" atau mind set yang "tetap" sebagai value di dalam dirinya. Untuk kasus seperti yg ditanyakan haruslah bisa ditemukan "tombol" motivasinya yang bisa merubah sebuah kebiasaan yang telah menjadi karakter karena tersimpan sebagai "self talk negatif" yg sudah sering beroperasi dan menjadi program aktif di dlm sub consciuosnya. Bisa juga perilaku dia disebabkan oleh trauma masa lalu misalnya baik dlm lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulannya yang membuat dirinya menjadi skeptis, introvert, minder dsb. Jika "tombol" dirinya sdh ketemu dan tersentuh, juga melalui reframming yang pas atas mind setnya saya yakin dia akan menjadi pribadi yang lebih baik.

Salam,Mei Hendra Darma
http://solution-mind-development.blogspot.com
Komentar hendri | 09 Oct 2008 02:04 pm
kasihan tuh laki-laki,
lebih kasihan lagi kalo dia hidup terus.
kalo membunuh tidak berdosa saya mau mebunuhnya. mau menyalahkan siapa juga bingung wong ini pasti salah pendidikan usia dininya. dimana kenyamanan, kemandirian menjadi barang mahal unutknya. mau diulang masa kecilnya seperti udah lewat banget

http://www.klubguru.com/view.php?subaction=showfull&id=1223343273&archive=&start_from=&ucat=4&