Kamis, 08 Januari 2009

Akibat Mempertuhankan Hantu

Akibat Mempertuhankan Hantu

Imam Muslim dalam sahihnya melaporkan, bahwa Utsman bin Abi Syaibah dan Ishak bin Ibrahim telah mewartakan kepada kami. Ishak berkata, telah mengabarkan kepada kami dan Utsman mengatakan, mewartakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Salim bin Abi Al-Ja’ad dari bapaknya dari Abullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak seorang pun di antara kalian melainkan sudah didelegasikan (tawkil) atasnya teman permanen (qarin) dari golongan jin.” Mereka (para sahabat) serentak bertanya: “Anda sendiri bagaimana ya Rasulullah”, Beliau menjawab: “Akan halku sendiri terkecuali, karena Allah telah menolongku untuk menghadapinya, maka aku telah selamat, karena ia tidak menyuruhku, melainkan untuk kebaikan. ”) Dan dalam hadits versi Sufyan: “ Sungguh telah diwakilkan kepadanya satu qarin dari kalangan Jin dan satu qarin lagi dari Malaikat. ”
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa dalam hidup ini memang tidak seorangpun di antara kita yang bebas dari teman yang memuji/memberikan kebaikan dan musuh yang mencela/mencelakakan, baik dari kalangan jin maupun dari golongan manusia. Pada hal hikmahnya jin dan manusia dicipta¬kan Allah agar mereka mentauhidkan, menyem¬bah dan bertakwa kepada-Nya, kapan dan dimana saja. Namun di antara manusia dan jin itu banyak yang berprilaku buruk kepada sesama, sehingga kalau orang lain senang, ia susah. Sebaliknya kalau orang lain mendapat kebaikan, ia merasa tidak enak. Dengan kata lain ia senantiasa berprilaku hasad dan bermusuhan.
Iblis dan setan adalah musuh buyutan manusia sejak manusia pertama (Adam dan keluarganya) yaitu ketika di surga dan di bumi ini. Kita sebagai anak cucunya tidak lepas dari tipu daya agar kita terjerumus ke jalan hidup yang sesat dan dimurkai Allah dan menyim¬pang dari jalan lurus. Tapi orang mukmin sejati ditemani Malaikat.
Menurut Qadhi ‘Iyad, ummat Islam telah konsensus (ijmak) atas terpelihara (ma’shum) nya Nabi SAW. dari setan di dalam tubuh, dalam hati dan di dalam lidahnya. Dan hadits ini meng¬isyaratkan agar orang berhati-hati terhadap bahaya fitnah, waswas dan tipudaya teman jahat (qarin), maka ia mengajarkan kepada kita bahwa ia selalu bersama kita, agar kita terpelihara dari padanya sesusai kemampuan.
Dalam hubungan ini Allah telah memperi¬ngat¬kan, “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az-Zukhruf /36) Berpaling dari mengingat Allah ialah ia tidak takut satwah (larangan) dan tidak takut pada hukuman-Nya. Teman jahat yang selalu menyertai itu disebut setan yang selalu menggoda dan menyesatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa qarin adalah setan yang berasal dari jin. Sementara hakekat jin itu adalah makhluk halus yang sebagiannya beriman kepada Nabi Muham¬mad SAW. seperti tertera dalam surat Jin ayat 1 yang artinya, “Katakanlah (hai Muham¬mad) bahwa sekelompok jin telah mendengar¬kan (bacaan Al-Qur`an), lantaran mereka berkata, Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur`an itu sangat menarik, maka berimanIah kami kepadanya dan kami tidak memperse¬kutukan Tuhan kami dengan suatu apapun”. Sebagian mereka, seperti halnya dengan manusia, banyak yang kafir. Di dalam surat aI-Hijir ayat 26-27, tersebut, “Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah kering (yang berasal) dan lumpur hitam yang diberi bentuk (26). Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (27). “Dan ketika Kami berfirman kepada malaikat, “Sujudlah/hormatlah kalian kepada Adam, maka hormatlah mereka (kepada Adam) kecuali iblis, dia adalah dari (golongan) jin yang fasik dari perintah Tuhannya”. Maka bukanlah iblis ayah jin, tetapi sebaliknya bahwa jin itulah ayah iblis; atau yang jelas; iblis itu dari (golongan) jin. Dari itu kita diperintah Allah agar mengadu serta berlindung kepada-Nya dari bisikan-bisikan setan Khannas baik dari golongan jin maupun dari jenis manusia.
Kendatipun jin itu makhluk halus, namun ia dapat menjelma dengan membentuk tubuhnya dalam berbagai rupa yang seram dan menakutkan. Dari sinilah timbulnya apa yang disebut hantu. Istilah ‘Hantu’ tidak terdapat dalam Al-Qur`an dan Hadits, namun hakekat hantu disebutkan dengan menggunakan istilah jin, setan atau qarin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan: Hantu ialah roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu); Misalnya ungkapan, (a) rupanya seperti hantu (rupanya sangat buruk); (b) disapa hantu, demam sepulang berjalan-jalan (sesudah mandi di sungai) atau sesudah bermain-main di panas matahari; (c) Hantu angin, hantu yg dapat menenggelamkan kapal; (d) Hantu hunian, orang halus yg tinggal di hutan, siluman; (e) Hantu kangkung ngeang- ngeang, hantu yg berasal dari nyawa anak yang mati di perut ibunya ketika hendak lahir; (f) Hantu pocong atau hantu bungkus, hantu yang menyerupai mayat terbungkus kain kafan; (g) Hantu tuyul, hantu peliharaan untuk disuruh mencuri uang pada malam hari; (h) meng¬hantui menimbulkan rasa takut (resah, gelisah): di daerah yg terpencil;(I) menghantui, menyebabkan takut (khawatir, gelisah, dsb); mempertakuti:
Semuanya itu merupakan ‘misteri’, yaitu sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi teka-teki, masih belum terbuka rahasianya), karena tidak bisa dibuktikan secara empiris seperti apa sebenarnya hantu-hantu itu. Memang, telah menggejala dalam masyarakat kita kepercayaan akan hantu itu sehingga hampir setiap hari media elektronik dan media cetak memberitakan atau mengiklankan berbagai kemampuan supra¬natural berupa santet- pelet (sihir) dan lain sebaginya.
Bahkan betapa banyaknya film-film hantu diproduksi dan betapa banyak buku dan majalah diterbitkan demi menangguk uang dan menyesatkan akidah ummat agar menukar imannya kepada hantu. Para produser tahu betul selera pasar dari sebagian orang-orang Indonesia yang doyan pada cerita-cerita yang tidak diketahui ujung-pangkalnya, tapi hanya berdasarkan bisikan dan khayalan-khayalan setan (takhayul dan churafat yang sengaja dibikin-bikin sebagai barang baru dalam agama (bid’ah). Pada hal Iblis dan setan hanya sebatas membisikan kejahatan, tanpa kekuatan fisik, tapi manusia jualah menuruti kehedaknya. Orang yang bertauhid kuat tidak mampu setan menggodanya, sepeti para nabi dan para yang beriman teguh dan bertauhid kukuh.?

Oleh: Drs. H. Syafri Nadi, LIL.