Senin, 22 Juni 2009

Rekrutmen Kepsek Masih Lemah

Rekrutmen Kepsek Masih Lemah

JAKARTA -- Proses rekruitmen dan seleksi kepala sekolah (kepsek) di Indonesia masih dianggap lemah. Kelemahan ini menyebabkan rendahnya kualitas kepsek di level pendidikan TK, SD, hingga, SMA, terutama dalam hal manajerial dan supervisi. ''Seleksi masih berdasarkan suka dan tidak suka. Kalau suka oke, kalau tidak ya tidak jadi. Prosesnya hanya beberapa hari,'' ungkap Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas, Surya Dharma.

Menurut Surya, kondisi ini berbeda dengan beberapa negara maju di kawasan Asia, seperti Singapura. ''Di negara tersebut, proses seleksi terhadap kepsek berjalan selama enam bulan,'' cetusnya saat peluncuran program pelatihan kepala sekolah bekerjasama dengan Temasek Foundation dan National Institute Of Education (NIE) Singapura, Senin (22/6).

Berdasarkan Permendiknas No 13/2007 tentang kompetensi kepsek, kata Surya, disebutkan ada lima kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang kepsek: kepribadian, sosial, entrepreuneur, manajerial, dan supervisi. Kemampuan manajerial dan supervisi inilah yang paling utama bagi seorang kepsek. ''Tapi sayangnya, berdasarkan data empiris, justru kedua hal ini yang paling rendah kompetensinya di seluruh Indonesia,'' jelasnya.

Surya mengatakan, di era otonomi daerah, kompetensi kepsek saat ini menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, lanjut dia, daerah memegang kendali utama atas nasib para kepsek yang jumlahnya mencapai 250 ribu orang untuk tingkat SD sampai SMA. ''Saya berharap agar pemerintah daerah peduli dengan sistem perekrutan kepsek yang sesuai Permendiknas No 13/2007,'' cetusnya.

Jika kompetensi manajerial dan supervisi terpenuhi maka yang paling diuntungkan adalah seluruh komunitas yang ada di satuan pendidikan yang bersangkutan. ''Dari situ, kepemimpinan seorang kepala sekolah bisa diandalkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di masing-masing sekolah,'' jaminnya.

Di tingkat pusat, ujar Surya, program kerjasama untuk peningkatan mutu kepemimpinan kepala sekolah pun terus dilakukan. Salah satunya kerjasama dengan Temasek Foundation dan NIE dari Singapura. Sejumlah 120 kepala sekolah dan widyaiswara dari 30 provinsi di seluruh Indonesia berhak mengikuti Training of Trainer (TOT) di NIE Singapura selama 2 minggu sejak 23 Juni 2009. ''Mereka akan dilatih selama sepuluh hari untuk memaksimalkan potensi kepemimpinan dan manajerial dalam lingkungan sekolah,' jelasnya.

Direktur NIE, Prof Lee Sing Kong mengaku siap menerima kedatangan 120 orang delegasi pelatihan kepemimpinan dari Indonesia yang sebagian besar kepsek. Anggaran yang disiapkan mencapai Rp 5,7 miliar yang sepenuhnya berasal dari Temasek Foundation.

Menurut Lee, sudah sepantasnya para kepala sekolah di Indonesia memiliki kompetensi supervisi dan manajerial. NIE, katanya, siap membantu pemerintah Indonesia dalam meningkatkan potensi kepsek. ''Diharapkan apa yang didapat di NIE bisa diadaptasi oleh para kepsek dan widyaiswara untuk kemudian ditularkan kepada kepsek lainnya,'' tegasnya.eye/bur

http://www.republika.co.id/berita/57763/Rekrutmen_Kepsek_Masih_Lemah