Minggu, 22 Maret 2009

Sifat amanah

Sifat amanah

Tatkala Allah SWT menawarkan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi, dan gunung-gunung untuk dipikulnya, semuanya menolak. Mereka khawatir akan mengkhianatinya. Amanat itu lalu diemban oleh manusia. Namun manusia mudah melalaikannya; sungguh ia sangat zalim dan amat bodoh (baca Q. S. 33: 72). Kesediaan manusia memikul amanat merupakan sebuah pilihan yang menentukan. Keputusan Allah di akhirat kelak, antara lain bergantung pada sejauh mana amanat dibawa oleh manusia: Ia akan menyiksa orang munafik serta musyrik, dan mengampuni orang mukmin (baca Q. S. 33: 73). Amanat menjadi batu ujian bagi manusia. Agar berhasil menjalankan amanat, manusia harus mampu meneguhkan sifat amanah (tepercaya karena jujur dan bertanggung jawab) di dalam dirinya.

Sifat amanah akan mengantarkan seseorang kepada kedudukan mulia. Kehidupan Nabi SAW -- sungguh pun belum menjadi nabi -- adalah contohnya. Sebagai orang yang amin (tepercaya), di kala umurnya belum mencapai 25 tahun, beliau sudah diamanati oleh Khadijah untuk mengurus bisnisnya yang beroperasi hingga ke Negeri Syams (Suriah). Pada usia ke-35, para pemimpin suku Quraisy sepakat memberi beliau amanat menyelesaikan persengketaan soal siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya, di sudut Ka'bah. Tugas-tugas tadi diselesaikan dengan baik, sehingga layaklah beliau bergelar Al-Amin. Islam memandang sifat amanah sebagai bagian tak terpisahkan dari keimanan. Konsekuensi beriman adalah menaati semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, iman itu sendiri suatu amanat bagi seorang mukmin. Karenanya, Allah berpesan agar seorang mukmin senantiasa menunaikan amanat dan janganlah berkhianat. Firman-Nya, ''Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.'' (Q. S. 4: 58).

Pantulan dan jelmaan iman seseorang dapat tampak pada sikap dan sifat amanahnya di dalam menjalankan profesi, jabatan, atau kedudukan apa pun yang dipegangnya. Seorang hakim akan dikatakan amin, jika menjunjung keadilan dalam memutuskan perkara. Pejabat yang amin tentu mengutamakan pengabdian kepada rakyat dan negara. Dalam kehidupan bermasyarakat, sikap saling amanah merupakan kekuatan moral yang bukan hanya mampu menepis berbagai kecurangan dan penipuan, melainkan sanggup pula memacu etos amal yang produktif. ''Dunia,'' tutur Nabi SAW, ''tak akan mengancam manusia sepanjang empat perkara dipertahankan: memelihara amanat, berbicara benar, berperangai baik, dan berusaha secara bersih.'' - ahi

By Republika Newsroom
Kamis, 19 Maret 2009 pukul 10:42:00
http://www.republika.co.id/berita/38537/Sifat_amanah