Sabtu, 05 September 2009

NILAI AMAL

NILAI AMAL
-
Tulisan di bawah ini pernah dimuat dalam majalah Suara Muhammadiyah no.10, Desember 1958.
Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Muhammadiyah didirikan untuk beramal
menjunjung tinggi agama dan hukum Allah,
disusun dengan organisasi dan dijalankan dengan peraturan tertentu agar dapat memimpin masyarakat dan anggota, khususnya supaya dapat beramal bersama-sama. “Katakanlah olehmu Muhammad kepada kaummu: beramallah kamu sekalian niscaya Allah serta Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan mempersaksikan amalmu itu, serta kamu akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui alam gaib dan kesaksian maka Dia akan memberi kabar kepadamu tentang apa yang telah kamu sekalian amalkan.”

Jelaslah bahwa beramal menegakkan agama Allah menjadi suatu kewajiban yang mutlak bagi tiap orang Mukmin, dan jelas pula bahwa amal itu akan menjadi dasar kita apakah kita kelak diakhirat menjadi orang yang berbahagia atau celaka. Oleh karena itu adalah wajar dan seharusnya bahwa dasar kita beramal ialah mencari keridlaan Allah, sedang hasil dari amal itu di dunia menjadi tujuan. Manakah yang lebih penting antara dasar dan tujuan itu? Dasar mencari keridlaan Allah semata itulah yang disebut ikhlas, itulah yang dapat menolong kita diyaumil akhir dan menjadi bekal ke jannatunna;im. Adapun tujuan, ialah hasil dari amal kita itu; seumpama orang mengajar maka hasilnya ialah pandainya murid. Tegaknya agama dimasyarakat adalah merupakan hasil dari amal kita, sedang dasar kita beramal ialah mencari keridlaan Allah semata.
Di samping dasar dan tujuan dari amal kita itu, terdapat pula satu faktor lain, yaitu rupa dari amal kita. Amal kita boleh berupa kecil, atau besar, atau mungkin merupakan suatu usaha yang hebat dan megah yang menghabiskan harta berjuta-juta, tetapi mungkin pula hanya merupakan usaha kecil tetapi dikerjakan dengan ikhlas menurut kekuatan kita yang setinggi-tingginya. Hal ini terjadi bila kita sedang lemah dan kekurangan. Tetapi ini tidak berarti bahwa setiap usaha yang besar tentu tidak ikhlas. Usaha besar dilaksanakan dengan ikhlas, tentu lebih baik dari usaha yang kecil. Hanya kita keliru kalau lebih mengutamakan kebesaran usaha daripada keikhlasan.

Seorang kaya mendermakan Rp 500.000,- yaitu sepersepuluh seluruh hartanya. Di samping itu ada pula seorang miskin menderma Rp 1000,- yang merupakan seperdua dari hartanya. Kalau ditilik dari hasil yang dapat diperoleh dari uang itu, sudah tentu derma dari si kaya lebih besar manfaatnya bagi berhasilnya amal yang dibantunya itu. Tetapi bagi Allah, pahala siapakah yang lebih besar? Pengorbanan batin si miskin lebih besar dari si kaya, karena ia mengorbankan seperdua hartanya. Kalau amal diberi pahala tujuh ratus kali lipat, maka pengorbanan bathin itupun diberi pahala tujuhratus kali lipat. Allah jua yang lebih tahu akan amal pengorbanan hamba-Nya. Tetapi yang terang bagi kita manusia, ialah kedua orang itu, si kaya dan si miskin tentu akan menerima pahala yang sesuai dengan amal dan pengorbanannya (jihad). Orang yang mengalahkan kepentingan diri dan keluarganya untuk berjuang menegakkan agama dalam bentuk apa pun, niscaya amalnya itu termasuk jihad.

Di antara kita mungkin telah ada yang lebih mengutamakan kehebatan usaha daripada ke-ikhlasan. Semua usaha harus hebat dan besar baik dengan jalan apapun, asal halal dan tidak apa mengikis sedikit dari prinsip dan tujuan Persyarikatan kita. Tidak mengapa usaha kita itu kurang berjiwa agama, asal besar dan hebat; zaman sekarang tidak pada tempatnya kita berkecil-kecil bahkan hampir tak ada gunanya. Daripada berkecil-kecil baik tak berusaha dan tak beramal sama sekali.

Kemauan dan jalan pikiran semacam itu seyogyanya diperbaiki: “Marilah kita bersama-sama beramal dan berusaha dengan ikhlas mencari keridlaan Allah, dengan giat sekuat-kuat tenaga agar amal kita itu besar dan hebat. Kalau kita belum kuat mengusahakan yang besar dan hebat, baiklah kita mulai dengan berkecil-kecil meskipun tanpa bantuan siapa-siapa, dan kita usahakan dengan segala ketabahan hati agar yang kecil itu bertambah besar dan hebat”.

Mudah-mudahan Allah yang memiliki seluruh alam ini, menerima amal kita serta melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Amiin.l

Categories : SEPT 2009 | SM 17-09
http://suara-muhammadiyah.com/2009/?p=892